Makna Filosofis di Balik Pura, Sarung, dan Sesajen di Pulau Bali

Selasa, 18 Juli 2017 - 19:46 WIB
Makna Filosofis di Balik Pura, Sarung, dan Sesajen di Pulau Bali
Makna Filosofis di Balik Pura, Sarung, dan Sesajen di Pulau Bali
A A A
SEBAGAI destinasi wisata paling populer di Indonesia, Bali memiliki keindahan alam yang eksotis. Beberapa keunikan yang bisa ditemui di setiap sudut pulau ini, seperti pura, kain sarung dan payung, serta sesajen. Pulau ini memang dikenal dengan Pulau Seribu Pura atau Pulau Dewata.

Di seluruh sudut Pulau Bali, wisatawan baik lokal mancanegara bisa menyaksikan pura dengan hiasan kain sarung kotak-kotak dan payungnya, serta sesajen bunga. Paket ini pun menjadi hiasan yang unik sebagai bagian dari wisata sejarah dan religi yang menyatu menambah hiasan keindahan alam tersendiri.

Inilah yang membedakan Pulau Bali dengan pulau lainnya. Anda tidak akan bisa menemui pura sebanyak yang ada di Pulau Bali. Begitu tiba di Pulau Bali, Anda langsung disambut dengan gapura yang berbentuk pura di pintu gerbang bandara. Pura, kain kotak dan payung, serta sesajen yang akhirnya menjadi landmark Pulau Bali yang mengedukasi pengunjung.

Kondisi ini juga membuat para wisatawan baik lokal maupun mancanegara menjadi bertanya-tanya, apa makna sebenarnya dari sesajen yang sudah menjadi tradisi turun menurun di Bali?

Ternyata sesajen bunga ini merupakan tradisi dari agama Budha dan Hindu, yang bertujuan untuk memuja dewa, roh, serta penunggu tempat seperti batu, pohon besar, persimpangan jalan, dan kendaraan agar berkah, menolak bala dan supaya terkabul keinginannya.

Lalu apa makna khususnya bila sesajen tersebut diletakkan di pura? Sesajen yang diletakkan di pura juga untuk kepentingan ibadah. Di pura, sesajen atau sering disebut dengan canang ini diletakkan di altar yang tinggi, untuk menghormati dewa dan arwah para leluhur. Sedangkan bila canang diletakkan di bawah dan biasanya berisi daging mentah, bertujuan untuk mengusir roh jahat.

Sesajen sederhana dipersembahkan setiap hari, sementara sesajen istimewa dipersiapkan untuk acara keagamaan tertentu. Ada mitos bahwa bila pengunjung menginjak atau menendang sesajen akan bernasib sial. Benar atau tidaknya tentang mitos ini, mengajarkan pada kita untuk selalu menghormati adat dan kepercayaan di tempat yang kita datangi.

Bagaimana dengan makna kain kotak-kotak yang menjadi bagian dari adat dan kehidupan masyarakat Bali ini? Kain ini disebut sebagai Saput Poleng yang juga bisa ditemukan hampir di setiap sudut di Bali, terutama di pura, patung, bangunan, serta sebagai busana dalam acara khusus. Bagi masyarakat Bali, kain ini mempunyai fungsi khusus dan istimewa, yang menyiratkan makna filosofis.

Makna filosofis Saput Poleng adalah sebagai refleksi dari kehidupan masyarakat baik dan buruk, yang dalam agama Hindu disebut Rwa Bhineda. Dua sifat yang bertolak belakang, yakni hitam-putih, atas-bawah, baik-buruk, dan suka-duka.

Nah, jika Anda ingin berkunjung ke Pulau Bali dan menikmati wisata edukasi kultur dan religi, apalagi menjelang liburan ini, jangan lupa untuk memesan hotel di Bali melalui Airy Rooms.

Harga hotel di jaringan Airy Rooms ini terjangkau dengan fasilitas lengkap, karena Airy Rooms menjalin kerja sama dengan partner hotel. Fasilitas yang bisa Anda nikmati, terdiri dari tujuh fasilitas yang memadai. Anda bisa bersantai menonton TV layar datar atau pun menikmati WiFi di kamar ber-AC. Di setiap kamar juga tersedia air minum gratis, shower air hangat, beserta peralatan mandinya.

Makna Filosofis di Balik Pura, Sarung, dan Sesajen di Pulau Bali


Bila Anda tertarik hendak memesan hotel di Airy Rooms ini, caranya mudah. Anda cukup memesannya langsung melalui aplikasi Android atau iOS. Pembayaran tidak ribet melalui kartu kredit, transfer, serta bayar di gerai Indomaret. Jangan lewatkan liburan Anda di Bali dengan memilih hotel Airy Rooms.
(poe)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4205 seconds (0.1#10.140)